Bocah 6 Tahun di Rawat di Rumah Sakit Jiwa Hanya Karena Tuntutan Ibunya Agar ia Jadi Pintar

Banyak orangtua yang menuntut anaknya agar cepat pintar dengan disuruh terus – terusan belajar. Namun ternyata, tuntutan dan paksaan para orangtua itu malah bisa berdampak buruk oleh kondisi psikologis anak. Dan kali ini ada sebuah kisah orangtua yang menuntut anaknya untuk jadi pintar tapi malah membuat anakanya harus menderita gangguan jiwa dan dirawat di rumah sakit.

Kisah tersebut dipublikasikan oleh seorang netizen yang menceritakan pengalamannya saat menjenguk anak temannya yang tengah menderita sakit. Natizen yang memiliki nama akun Facebook Andi Teposs itu memposting sebuah kisah yang begitu miris dan bisa menjadi renungan bagi banyak orangtua ketika mendidik anak mereka untuk menjadi pintar.

Dalam kisahnya , ibu dari anak ini memiliki keinginan agar anak perempuannya menjadi orang pintar. Sekolah, les berbagai macam pelajaran diikuti oleh anak ini. Hingga akhirnya, anak perempuan ini merasa tertekan karena kejenuhannya dalam mengemban ilmu. Sekarang anak perempuan tersebut merasa tertekan saat melihat seseorang yang mengenakan seragam guru. Malah, dia juga tidak mau tidur dengan ibunya sendiri.

Dan seperti ini postingan Andi dalam akun Facebooknya, seperti yang dilansir dari Tribunnews.com (20/7)

pelajaran berharga untuk yg punya cucu atau anak…
Hari ini saya berkunjung ke sebuah rumah sakit, membezuk anak teman saya yang sedang sakit. Teman saya ini seorang wanita karir lulusan S2 dari sebuah universitas ternama.

Anaknya adalah seorang anak perempuan yang cantik, umurnya baru 6 tahunan. tak lupa saya membawakan sebuah boneka sebagai buah tangan…
Waktu saya datang dia langsung mengenali saya sbg teman mamanya ..
” bu siti ya?”
“iya” jawab saya, agak terharu karena dia mengenali saya
” Ayoo.. bu siti.. 42: 6 berapa?”
” Kalau do’a masuk kamar mandi?”
Kemudian dia menirukan gaya mengajar bu gurunya di kelas,
Ada senam bersama, lalu dia menirukan gerakan senam versi dia kemudian menyanyikan lagu 5 x 5 =25, setelah itu dia melafalkan doa sebelum makan.
” bu siti ..ayo..buat kalimat.. saya pergi ke sekolah setelah itu pulangnya ke mall, bisa?”
– Lucu?? Pintar?? Cerdas??..
mungkin itu juga yang ada di benak teman- teman saat mengikuti celoteh anak perempuan teman saya itu.
Namun selama saya hadir disitu sang bunda terus menerus menyeka air matanya.
Ÿä.. saya turut prihatin dg penyakit yg sedang diderita oleh anaknya…
Penyakit apakah itu? Yang pasti bukan sembarang penyakit seperti anak anak biasa, bukan demam, bukan batuk, dan bukan pilek.
Jangan terkejut teman teman… karena saya berkunjung bukan di rumah sakit biasa, saya sedang berada di Rumah Sakit Jiwa…
Ya… sebuah Rumah Sakit Jiwa di kawasan Jakarta Timur.
Apa yg sebenarnya terjadi??
Minggu2 terakhir ini sang anak sangat suka menangis.
Kalau ditanya apa saja…jawabnya sering ngelantur, “7” “24 : 6 = 4…””how are you” , dan jawaban lain seperti huruf hijaiyah, kemudian menirukan gaya gurunya mengajar.
Menurut psikolog , anak ini terlalu di forsir..dia mengikuti les matematika & k**** yg target tugasnya 1 buku harus selesai 10 menit, kemudian les bahasa inggris, terus PR sekolah, les mengaji dan lain-lain shg mengakibatkan anak terlalu jenuh.
Si anak hanya mau bercerita sama psikolognya,tetapi kalau ditanya oleh orang lain jawabannya angka-angka, bahasa inggris atau pelajaran mengaji.. “apa ini? huruf….hijaiyyah..” jadi dia menirukan gaya gurunya..dan jika bertemu orang yang memakai baju guru dia langsung tertekan.
Yg lebih mengharukan lagi, saat melihat sang bunda menangis, si anak cuma bilang..”bunda jangan nangis..aku kan pinter..tapi aku ga mau tidur sama bunda yaa..aku maunya sama dokter ganteng/cantik aja..”
Dia memang tinggal di kamar VIP… jadi memang ada dokter yg menemani sehari-hari…
Dan ternyata ada 5 anak kecil yg masuk rumah sakit jiwa itu.. tapi dia yg paling kecil…sisanya umur 12 tahunan.. karena broken home..
Hanya dia sendiri yang mengalami gangguan akibat terlalu banyak tekanan belajar..
Sungguh kasihan……
Pelajaran berharga untuk para orang tua agar tetap memperhatikan tahapan perkembangan anak, usia TK adalah usia bermain, belajarpun harus melalui permainan dan jangan korbankan anak-anak kita karena AMBISI kita sbg orangtua.
Biarkan mereka bermain dan berikanlah kenangan masa kecil yang terindah untuk mereka….

CATATAN
Ayah bunda… renungkanlah… menyekolahkan anak bukan krn ingin dipuji orang “o anaknya sekolah di sekolah favorit”, tapi selalu bertanya pada anak sy “seneng nggak sekolah di situ, nyaman nggak teman2 dan gurunya?”, krn yg sekolah anak kita… bukan kita.


Postingan Andi itupun menyita perhatian banyak natizen. Postingan ini sudah banyak dibagikan dan menuai banyak komentar.

Bagaimana menurut komentarmu ?